Bombana – Namanya Wahyu, usianya 22 tahun. Dia baru saja membeli mobil dan motor matic sekaligus. Dua kendaraan itu dia beli dengan uang hasil panen nilam (Pogostemon Cablin Benth).
Wahyu kini dikenal di desanya sebagai petani nilam yang sukses. Kisah suksesnya tidak terlepas dari pembinaan yang dilakukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone.
Kampus binaan Kementerian Agama ini dalam beberapa tahun telah mengembangkan program Desa Sejahtera Astra. Program ini dijalankan bekerja sama dengan PT. Astra Internasional tbk.
Melalui program ini, LPPM IAIN Bone mendampingi Wahyu untuk bertani nilam di Desa Analere Kecamatan Polean Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Satu setengah tahun berselang, Wahyu kini mulai merasakan manfaat ekonomi dari kerja kerasnya menanam nilam.
”Kami baru menanam nilam satu setengah tahun ini dan dibina oleh IAIN Bone melalui program Desa Sejahtera Astra. Dari program tersebut kami diajarkan teknik menanam dan merawat nilam serta hasilnya agar tidak dijual langsung, tetapi diolah menjadi minyak nilam (minyak Astiri),” ujar Wahyu dengan mata berbinar, di Bombana, Rabu (30/8/2023).
Wahyu berbagi cerita tentang pendampingan yang dilakukan LPPM IAIN Bone. Selain teknik menanam dan merawat Nilam, Wahyu juga dibuatkan alat penyulingan. Tujuannya, agar dia bisa mengolah hasil panen Nilam menjadi minyak.
“Dari hasil penyulingan tersebut, kami jual sedikit-sedikit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sisanya kami simpan untuk dijual di lain hari dan terkumpul sebanyak 230 kg minyak Atsiri,” ujar Wahyu.
“Alhamdulillah, bulan ini harga minyak Astiri naik dari Rp500.000 per kilogram menjadi Rp690.000 per kilogram. Sehingga kami langsung menjualnya dan membeli satu unit mobil dan motor,” lanjutnya.
Diceritakan Wahyu, dirinya memiliki 1,5 hektare kebun yang ditanami Nilam. Ada 10 ribu bibit yang ditanam untuk satu hektare. Dari situ, dalam sekali panem, Wahyu menghasilkan 4 ton nilam kering. Setelah disuling, 4 ton Nilam kering itu menghasilkan 100 kg minyak Astiri. Tanaman Nilam dapat dipanen 3 kali dalam setahun.
Nilam adalah penghasil minyak Astiri dengan aroma yang ”kuat” dan ”berat”. Minyak ini digunakan sebagai bahan baku parfum (wewangian), sabun, kosmetik, dan bahan dupa (setanggi).
Kepala Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat pada LPPM IAIN Bone Syamsuriadi adalah mentor Wahyu dalam bertani Nilam. Menurutnya, nilam adalah produk ekspor dan menjadi kebutuhan dunia. Sehingga bertani nilam tidak akan merugi.
“Hal ini sudah dibuktikan oleh Wahyu yang telah berhasil membeli mobil dan motor dari bertani nilam hanya dalam jangka waktu kurang dari satu setengah tahun dengan luas lahan, hanya 1,5 hektar. Itupun dijual sebagian untuk kebutuhan sehari-hari, sisa disimpan untuk dijual setelah harga naik,” jelas Syamsuriadi.
Ketua LPPM IAIN Bone Rahmatun Nair mengatakan bahwa kerja sama IAIN Bone dan PT. Astra Internasional merupakan salah satu program unggulan. “Program ini melibatkan mahasiswa dan dosen sehingga menjadi nilai tambah institusi. Sangat terbantu dalam meraih akreditasi Prodi dan institusi,” katanya. (Rls)