Depok – Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTMM FTUI) menciptakan alat sortir telur otomatis yang dapat memproses 6.000 telur per jam atau dua kali lebih banyak dari cara konvensional.
“Alhamdulillah, kegiatan yang digagas Tim FTUI berhasil menjadi 1 dari 12 pengmas yang disetujui dalam Program Kedaireka. Kami melihat kondisi UMKM peternak telur di lapangan masih bersifat labor-intensive,” kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat DTMM FTUI Dr. Jaka Fajar Fatriansyah di Kampus UI Depok, Rabu.
Oleh karena itu, katanya bersama Yayasan Edu Farmers International, pihaknya merancang alat tersebut untuk meningkatkan produktivitas UMKM peternak telur ayam dan meningkatkan nilai telur ayam yang diproduksi dengan skema pelabelan otomatis.
Alat produksi FTUI ini berukuran lebih kecil dari alat serupa produksi luar negeri dan dibanderol dengan harga terjangkau, yaitu Rp30.000.000. Pembuatan alat ini terwujud berkat pengabdian kepada masyarakat (pengmas) yang didanai oleh Program Matching Fund Batch 3 Kedaireka Tahun 2022.
Alat pencacah telur otomatis ini bekerja dengan cara menyortir telur berdasarkan beratnya menggunakan prinsip magnet. Alat ini dapat menyortir telur dengan tiga grade yang berbeda. Penyortiran telur secara otomatis diharapkan dapat membantu UMKM Peternak Telur di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas dan menaikkan nilai jual telur berdasarkan grade telur yang disortir.
Alat pencacah telur otomatis ini diujicobakan di Peternakan Agrova Farm, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Desember 2022. Uji coba ini dilakukan untuk melihat kondisi alat di lapangan dan untuk mendapat masukan dari calon user/costumer, yaitu Agrova Farm.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah berharap hasil inovasi Tim Pengmas DTMM FTUI dapat menumbuhkan kesejahteraan peternak melalui keterampilan, inovasi teknologi, dan pemberdayaan.
“Industri peternakan Indonesia sudah saatnya mengadopsi teknologi untuk meningkatkan produktivitas. Inovasi ini juga diharapkan dapat membangun semangat generasi muda terhadap dunia agrikultur Indonesia ke depannya,” katanya.
Supervisor Lapangan Agrova Farm Ignatius Egan mengatakan alat grading dan pencacah telur otomatis inovasi Tim Pengmas FTUI ini merupakan produk lokal yang belum banyak tersedia di pasar.
Sebelumnya, apabila peternak menginginkan alat pencacah telur, rata-rata mereka harus impor dan harganya mahal, sulit terjangkau bagi peternak UMKM. Hasil inovasi FTUI ini kami rasa bisa memenuhi gap yang ada di pasar.
Selain Ketua Tim Pengmas DTMM FTUI, juga melibatkan para anggota, yakni Muhammad Joshua YB, Agrin F Pradana, Fernanda H., dan Andreas F., M. Riza; perwakilan dari Yayasan Edu Farmers International, Ignatius Egan; Supervisor Lapangan Agrova Farm, A. Ilyadi; serta para peternak Agrova Farm, khususnya yang ada di bagian penyortiran dan pengepakan telur. (Ant)