Moskow – Rubel melemah ke level terendah tujuh minggu terhadap dolar AS pada awal perdagangan Senin, karena pembatasan harga minyak Rusia mulai berlaku pada Senin dalam perkembangan yang dapat mengurangi pendapatan ekspor mata uang asing Rusia.
Pada pukul 07.26 GMT, rubel tergelincir 0,4 persen menjadi diperdagangkan pada 62,23 terhadap dolar, setelah sebelumnya menyentuh 62,49 untuk level terlemah sejak 17 Oktober.
Terhadap euro, rubel merosot 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 65,71, terlemah dalam hampir lima bulan. Terhadap yuan, rubel jatuh 1,4 persen menjadi diperdagangkan di 8,93, setelah sebelumnya menyentuh 8,969 untuk level terlemah sejak 17 Agustus.
Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, naik 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 86 dolar AS per barel.
Pembatasan harga Kelompok Tujuh (G7) pada minyak lintas laut Rusia mulai berlaku pada Senin karena Barat mencoba membatasi kemampuan Moskow untuk membiayai konflik di Ukraina, tetapi Rusia mengatakan tidak akan mematuhi tindakan tersebut sekalipun harus memangkas produksi.
Sementara itu, indeks saham Rusia beragam.
“Pasar ekuitas Rusia kemungkinan akan tetap berada di kisaran ketat dalam jangka pendek karena perputaran yang lebih rendah. Kami tidak melihat adanya pendorong, baik untuk meningkat, maupun untuk turun,” kata BCS World of Investments.
“Hari ini, larangan Uni Eropa atas minyak Rusia dan batas atas harga berlaku, meski masih belum ada kejelasan bagaimana hal ini diberlakukan.”
Indeks RTS berdenominasi dolar tidak berubah diperdagangkan pada 1.107,9 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel naik 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 2.188,6 poin.
Saham raksasa teknologi Yandex yang tercatat di Moskow terangkat 1,5 persen setelah mantan menteri keuangan Alexei Kudrin mengatakan dia bergabung dengan perusahaan sebagai penasihat pengembangan perusahaan. (Ant)